Doa dan Prasangka (Iran 2012)

Iran

 

Ingatkah kalian kapan pertama kali naik pesawat? Bagi beberapa orang mungkin tidak ingat karena telah bepergian sejak bayi. Juli 2012 adalah kali pertama aku naik pesawat tapi melintasi beribu-ribu mil ke Timur Tengah tepatnya Iran. Aku lahir dan dibesarkan di sebuah desa kecil di Kabupaten Wonosobo hingga tiga belas tahun. Aku melanjutkan SMA di Magelang menjadi anak kos selama disana kemudian pindah ke kota Semarang untuk melanjutkan kuliah. Tempat yang paling jauh yang aku kunjungi sejak kecil mungkin Lampung, itupun saat aku masih kecil dengan Bis. Namun kali ini aku akan menceritakan proses sebelum aku terbang ke Iran.

Seminggu setelah aku wisuda Sarjana ada sebuah kabar dari organisasi yang aku ikuti sejak tahun 2008 yaitu Forum Indonesia Muda (FIM) tentang sebuah konferensi internasional pemuda Islam se-Asia yang akan dilaksanakan di Tehran selama satu Minggu di bulan Juli. Tanpa berpikir Panjang aku mengirimkan CV ku untuk diseleksi. Seminggu kemudian aku mendapatkan kabar bahwa aku diterima beserta 24 anggota FIM lainnya. Panitia konferensi hanya menyediakan biaya akomodasi dan penginapan selama disana sehingga peserta harus membeli tiket pesawat sendiri. Dua minggu sebelum keberangkatan banyak sekali peserta yang mengundurkan diri hingga tinggal sepuluh. Banyak sekali hal yang membuatku berpikir apakah aku harus ikut atau tidak selain biaya tiket yang pada saat itu aku masih “pengangguran”. Rumor tentang Iran yang identik dengan “syiah” dan hal lainnya bertubi-tubi masuk ke telingaku. Tidak sedikit juga beberapa sahabat dan kerabat menelpon dan mengirim pesan kepadaku. Semua orang memperingatkanku untuk berhati-hati bahkan memintaku untuk berpikir ulang jika kekeh ingin kesana.

Satu mingu kemudian Pasporku telah jadi namun aku masih ragu hingga tiga hari sebeum keberangkatan dan hanya delapan orang yang berangkat dari FIM ditambah tiga pemuda dari organisasi lain. Hari itu kami terbang dengan pesawat Air Asia, Alhamdulillah aku mendapatkan sponsor 75 % ketika H-1 keberangkatan. Ada satu peserta yang lupa membawa passport namun anggota keluarga lainnya berhasil menyusulkannya. Kami bersebelas transit di Kuala Lumpur selama lima jam. Setelah menempuh tujuh jam pesawat dari KL akhirnya kami tiba di bandara internasional Imam Komaeni Tehran hampir tengah malam. Suasana yang berbeda sudah terlihat di bandara dari pakaian mereka terutama yang perempuan, mereka menggunakan kain hitam (Chadoor) dan ketika aku dan Maryati (teman perempuan satu-satunya dari Indonesia) sholat di Mushola semua orang mengamati kami karena kami sholat menggunakan mukena sementara mereka hanya menggunakan Chadoor.

Pantia telah menyambut kami kemudian kami semua langsung menaiki bis untuk menuju ke lokasi. Keletihan yang kurasa seketika aku tidur di dalam bis. Ku lihat jam di tangan yang pada saat itu telah menunjukkan dini hari, lebih dari tiga jam bis melaju tapi tak kunjung sampai. Aku hanya bisa melihat cahaya bulan dalam kegelapan bis, dalam hati aku hanya bisa pasrah dan berdo’a. Suara adzan subuh ku dengar dan akhirnya bis berhenti di sebuah perbukitan dengan angin yang cukup kencang. Aku dan Maryati langsung diarahkan ke sebuah Vila khusus perempuan. Setibanya di Vila aku langsung sholat Subuh kemudian tertidur pulas hingga ada seorang panitia yang membangunkanku untuk sarapan pada pukul 09.00.  Pada saat sarapan aku bertemu delegasi dari Malaysia yang ternyata juga mempunyai prasangka-prasangka yang tidak jauh berbeda sebelum tiba di Iran.

Konferensi itu berlangsung selama 3 hari di bukit Abali Camp. Setelah aku bertemu, berinteraksi, berdiskusi dengan peserta yang mayoritas dari Iran semua prasangka-prasangka yang selam ini aku dengar hilang seketika. Orang Iran sangat-sangat ramah, baik, sopan dan santun bahkan peserta perempuannya setiap hari dating ke kamarku hanya untuk menanyakan kabarku dan foto bersamaku. Di hari ke-empat dan seterusnya dalah city tour sekaligus berkunjung ke beberapa makam di Tehran. Yang menjadi favoritku adalah Azzadi Square dan Millad towersejarahnya tower ini dibangun pada miladnya Nabi Muhamad s.a.w yaitu tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1997. Di hari terakhir di Tehran aku mendapatkan kesempatan yang luar biasa yaitu mengikuti International Women Conference and Islamic Awakening yang diikuti oleh perempuan muslim dari seluruh dunia.

Tidak hanya pengalaman indah yang kudapatkan melalui konferensi ini  melainkan teman, sahabat dan saudara. Setiap orang mempunyai prasangka yang berbeda namun kenyataan berbeda dengan prasangka. Jangan sampai karena prasangka kita terhadap sesuatu membuat kita melewatkan suatu hal yang penting dalam hidup kita.

Pray and Prejudice (Iran Journey 2012)

Do you remember when the first time you take a flight? For some people maybe did not remember as they did it since very young. July 2012 was the first time took a flight but crossed thousands of miles to the Middle East precisely Iran. I was born and raised in a small village in Wonosobo for thirteen years. I went to high school in Magelang in a boarding house then moved to Semarang city to continue my college. The most distant place I’ve visited since childhood may be Lampung when I was a kid with a Bus. But this time I will tell you the process before I flew to Iran.

A week after my graduation ceremony there was a news from an organization I had been participating since 2008 that’s Forum Indonesia Muda (FIM) about an international conference of young Muslims in Asia to be held in Tehran for a week in July. Without thinking I just sent my CV to be selected. A week later I got news that I was accepted along with 24 other FIM members. The conference committee only provides accommodation and lodging fees while there so that participants have to buy their own tickets. Two weeks before departure there were a lot of participants who withdrew and remaining 10 of 24. There were so many things that made me wonder if I should go or not including ticket fees at that time I was still unemployed. Rumors about Iran like “Shia” and other negative things insistently into my ears. Not only a few people but some friends and relatives called me and sent me long messages. Everyone warned me to be careful and even asked me to reconsider if I go or not.

One week later my passport was finished but I was still hesitant until three days before departure and only eight people left from FIM plus three young men from other organizations. That day we flew with Air Asia, thank god I got 75% sponsorship in one day before departure. There was one participant who forgot to bring the passport but the other family members managed to get it to the airport before. We transited in Kuala Lumpur for five hours. After flying seven hours finally, we arrived at IKA airport at midnight. A different atmosphere has been seen in the airport from their clothes especially the women, they wore black cloth aka. Chador. When I and Maryati (my only female friend from Indonesia) pray in the mosque everyone stared at us as we pray using Mukena while they only using Chador.

The commitee had greeted us then all the participants got on the bus to reach the location. I was sleeping on the bus due to my exhaustion. I see the clock on my hand, it showed early morning, more than three hours the bus going but never arrived. I can only see the moonlight in the darkness inside the bus. All I can do is just pray. A moment after I heard Adzan in the morning, the bus stopped at the hill. I can feel the wind is blowing strongly into my skin. Maryati and I were directed to women Villa to pray dawn and sleep until there was a committee who woke us up for breakfast at 09.00. I met a delegation from Malaysia who apparently also had prejudices that were not much different before arriving in Iran.

The conference lasted for 3 days in Abali Camp. After discussion and interaction with Iranian participants, all the prejudices I had heard before were gone instantly. The Iranians were very-very friendly, kind, polite and even the female participants came to my room every day just for greeting me and take a picture with me. It was really 180 degrees different from what people think about Iran, Iranian people, and their culture. The agenda on the fourth day was city tour and visiting some graves in Tehran. My favorite is Azadi Square and Millad towers. This tower was built in Prophet Muhammad’s birthday on 12th Rabiul Awal in 1997. On the last day in Tehran, I had a wonderful opportunity of attending the International Women Conference and Islamic Awakening which was attended by Islamic women from all over the world.

Not just the wonderful experience I got from this conference but friends, brothers, and sisters. Everyone has different prejudices but the reality is different from prejudice. Do not let our prejudices make us miss an important thing in our life

About Ika Pipit

traveller - teacher - translator - interpreter - learner - blogger
This entry was posted in Conference, travelling and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment